BANJARNEGARA— Sepanjang hari Senin
(15/12), tim gabungan menemukan 12 jenazah dari timbunan tanah longsor.
Dengan demikian, hingga operasi pencarian dihentikan sore hari, sudah 51
jenazah yang ditemukan, sementara 57 korban lainnya masih dalam
pencarian. Dari 51 jenazah yang telah ditemukan tersebut, 6 jenazah
belum dapat diidentifikasi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, kawasan yang
tersapu tanah longsor luasnya mencapai 17 hektar. Hujan yang selalu
datang di sore hari menghambat upaya pencarian, karena air menggenang
dan menciptakan lumpur.
Pihak kepolisian telah mengerahkan 4 ekor anjing pelacak, untuk
membantu pencarian jenazah. Namun, seperti diakui Kepala Kepolisian
Resor Banjarnegara, AKBP Wika Hardianto, anjing pelacak efektif membantu
di tanah yang kondisinya kering. Karena itu, hujan dan genangan air
menjadi hambatan tersendiri, meski kehadiran hewan terlatih itu tetap
memberi dampak positif.
“Anjing pelacak ini ada lebih dari 12 ekor yang kita turunkan. Nah,
kalau tanah sudah mulai mengeras, itu nanti bau mayat dari dalam itu
bisa dicium anjing pelacak dari pori-pori tanah. Tadi juga anjing
pelacak ini sudah bisa menemukan korban. Mari kita lihat situasinya,
semoga tidak hujan, karena kalau tidak hujan bisa bisa melakukan
evakuasi lebih cepat,” ungkap Hardianto.
Sementara itu, pemerintah daerah setempat juga terus berupaya membuka
akses jalan utama yang melewati kawasan bencana ini. Jalur penghubung
Banjarnegara dengan beberapa kabupaten lain itu sangat strategis untuk
kegiatan ekonomi masyarakat.
Dengan bantuan 12 alat berat dari Kementerian Pekerjaan Umum,
diharapkan pembersihan tanah longsoran bisa lebih cepat dilakukan.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Banjarnegara, Mulyanto kepada VOA
mengatakan, paling tidak akan dibutuhkan waktu satu bulan memulihkan
infrastruktur jalan kawasan bencana, karena tebalnya tanah longsoran.
“Prioritas pertama jelas evakuasi korban dulu. Yang kedua pemulihan
infrastruktur untuk memudahkan akses ke Karangkobar, Banjarnegara. Dan
ini memang butuh waktu karena luar biasa ini tanah yang menimbun entah
sampai berapa meter tebalnya. Tentunya semua ini menjadi kewenangan Bina
Marga dan Kementerian Pekerjaan Umum,” kata Mulyanto.
BNPB sendiri menyimpulkan setidaknya ada 4 faktor penyebab terjadinya
bencana tanah longsor di Banjarnegara. Keempatnya adalah tanah yang
lapuk, kemiringan lebih dari 60 derajat, hujan deras dan pemanfaatan
tanah yang tidak mengindahkan upaya konservasi.
Pada tahun 2006, Banjarnegara juga mengalami bencana tanah longsor,
tepatnya di desa Sijeruk, yang mengakibatkan 90 orang meninggal, dengan
76 jenazah ditemukan.
Sumber : VOA/Nurhadi Sucahyo
No comments:
Post a Comment